Kamis, 22 Desember 2011

Coffee Business Marketing

Coffee Business Marketing


Many businesses look at marketing with blinders on. They think of media in terms of what it buys, i.e. how to or whether to design a flyer to drive business. Marketing is one area where many specialty beverage businesses fall short – by doing it improperly or not al all — even while doing an amazing job in other areas of their operation.
Understanding the importance of layout and design and that a good lease and location can make or break an operation are good places to start. But marketing can have as much of an impact on a business as the preplanning stages. Everything you do is marketing, and  you need to continue to market throughout the life of your business. If marketing didn’t work, it wouldn’t exist. Every successful company — large or small — needs to set attainable marketing goals and allocate dollars to reach not only new customers but to retain its existing customer base.
To be effective, you must know whom you are trying to reach. Marketing 101, day one, hour one is to attract and fulfill the needs of your customer. But who is your customer? And if you don’t know, how do you find out? The answer is research, and whether you hold focus groups or study demographics, it is important to learn who constitutes your customer base and whom you might want to attract. Knowing exactly who your customers are will allow you to make good decisions and spend your marketing dollars wisely.
The following aspects of  your business are types of marketing, whether they appear to be or not:.
• Your menu will be dictated by who it is you want to serve and where you are located. You will need to develop a very different menu for a coffee operation in Scottsdale, Arizona, an area that is sunny more than 300 days a year and where residents have a high  average income, than you would in small town in northern Nebraska, where most of your customers will have lower incomes and the weather is much cooler during most of the year.
• Your employees are your frontline marketers and represent who you are and what you stand for. If they can’t explain your products or possess little passion for coffee or tea, they will be unable to convince customers that your business is special and different. Most chains do only an average job of training their employees, so this is an area in which you can shine if you hire the right people and train them properly.
• The design and layout of your operation and the materials you use in construction are a major component of your ambiance. Along with great customer service and excellent product quality, ambiance is one of the most important features that will bring people in and keep them coming back. You should develop different seating areas for different types of customers and use color and lighting to make your operation comfortable and pleasing.
• Your overall image is usually referred to as “branding.” Make sure you use your logo everywhere you can. It should be on your cups, employee aprons, all in-store signage, to-go mugs, T-shirts, etc. Don’t forget to cross-market, whether that means sponsoring a soccer team, donating to a good cause or working with another small business in the same area. Get your name out in the community and let people know what you stand for. More importantly, spread the word that you are a local business steeped in quality, knowledge and passion for your product.
• Use the Internet. No matter how simple, develop a Web site featuring your specials and what products or entertainment you have to offer each month. Devote a section to teach your customers about coffee and/or tea, showing them the penchant for quality your operation possesses.
• Think creatively about special promotions and consider holding events in your café year round. Many of these can be tied to national holidays. Or create your very own holiday/event that will generate press from the local press.
As our industry matures, it will become increasingly important to maximize every aspect of your business. Each year, more and more national and regional chains open stores, and as an independent, you must know how to market against them effectively.
Remain confident that if you do everything right and truly understand coffee and/or tea and the business behind it, you can succeed and, in reality, have an advantage.
It doesn’t matter if you are new to the business or have been open for a number of years — it is never too late to step back and look at your operation, to get out from behind the counter and market your business. It will be the one aspect that will make the difference between either just getting by or becoming a huge specialty  beverage success story.

Minggu, 18 Desember 2011

dakwah

اَلْحَمْدُ ِللهِ الْمَلِكِ الْحَقِّ الْمُبِيْنِ، الَّذِي حَبَانَا بِالْإِيْمَانِ واليقينِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد،ٍ خَاتَمِ الأَنْبِيَاءِ وَالمُرْسَلِين، وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِيِن، وَأَصْحَابِهِ الأَخْيَارِ أَجْمَعِين، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ
Segala puji bagi Allah, al-Malik Al-Haqq, Al-Mubin, yang memberikan kita iman dan keyakinan. Ya Allah, limpahkan shalawat pada pemimpin kami Muhammad, penutup para nabi dan rasul, dan begitu pula pada keluarganya yang baik, kepada para sahabat piluhan, dan yang mengikuti mereka dengan penuh ihsan hingga hari kiamat.
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya dan meminta pertolongan, pengampunan, dan petunjuk-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan keburukan amal  kita. Barang siapa mendapat dari petunjuk Allah maka tidak akan ada yang menyesatkannya, dan barang siapa yang sesat maka tidak ada pemberi petunjuknya baginya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Ya Allah, semoga doa dan keselamatan tercurah pada Muhammad dan keluarganya, dan sahabat dan siapa saja yang mendapat petunjuk hingga hari kiamat.
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأََشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ؛
Segala puji bagi Allah, yang Maha Mengetahui dan  Maha Melihat hamba-hambanya, Maha suci Allah, Dia-lah yang menciptakan bintang-bintang di langit, dan dijadikan padanya penerang dan Bulan yang bercahaya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya, yang diutus dengan kebenaran, sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, mengajak pada kebenaran dengan izin-Nya, dan cahaya penerang bagi umatnya. Ya Allah, curahkan sholawat dan salam bagi nya dan keluarganya, yaitu doa dan keselamatan yang berlimpah.
اَلْحَمْدُ ِللهِ الْعَزِيْزِ الْغَفُوْرِ، اَلَّذِيْ جَعَلَ فِي اْلإِسْلاَمِ الْحَنِيْفِ الْهُدَي وَالنُّوْرِ، اَللَّهُمَّ صَلِّيْ عَلَي سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَاتِمِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمَرْسَلِيْنَ وَعَلَي آلِهِ الطَّيِّبِيْنَ وَأَصْحَابِهِ اْلأَخْيَارِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ.
Segala puji bagi Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, yang menjadikan petunjuk dan cahaya dalam Islam yang lurus, Ya Allah sampaikanlah doa keselamatan atas pemimpin kami Muhammad, penutup para nabi dan rasul, dan juga atas keluarganya yang mulia dan para sahabat pilihan semuanya.
اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اله إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله.اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ:
Segala puji bagi Allah yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar, untuk memenangkannya di atas segala agama, walaupun orang musyrik  menyebar kebencian. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah Ya Allah … smoga keselamatan terlimpah atas Muhammad, keluarganya, dan para sahabat semua.
الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ:
Segala puji bagi Allah, teriring doa dan keselamatan semoga terlimpah atas nabi dan rasul termulia, juga  atas keluarga dan para sahabat, serta kepada yang mengikuti mereka dalam kebenaran sampai hari kiamat.
الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ اْلإِيْمَانِ وَاْلإِسْلاَمِ. وَنُصَلِّيْ وَنُسَلِّمُ عَلَى خَيْرِ اْلأَنَامِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan anugerah iman dan Islam kepada kita.  Kita panjatkan doa dan keselamatan atas makhluk terbaik, pemimpin kita nabi Muhammad dan kepada keluarganya dan para sahabat semuanya.
الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، وَبَعْدُ:
Segala puji bagi Allah, kepada-Nya kita meminta pertolongan atas urusan-urusan duniawi dan agama, teriring doa serta keselamatan semoga tercurah atas Rasul yang termulia, ialah Nabi kita – shallallahu ‘alaihi wa salam-  dan keluarganya, para sahabat, para tabi’in, dan yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiamat

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ، فَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى عَنْهُ وَحَذَّرَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ اَلْوَاحِدُ الْقَهَّاُر، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ اْلأَبْرَارِ. فَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْبَعْثِ وَالنُّشُوْرِ. أَمَّا بَعْدُ؛

Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak sebagaimana Ia perintahkan,  maka berhentilah kalian semua dari apa-apa yang telah  Dia larang dan peringatkan.  Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Kuasa lagi Perkasa,  dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya, pemimpin orang-orang sholih. Semoga shalawat Allah dan salam-Nya tercurah atasnya, dan keluarganya, juga para  sahabat dan siapasaja yang mengikuti petunjuknya sampai hari kiamat.

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. أَمَّا بَعْدُ
Segala puji bagi Allah, yang memerintahkan kita untuk berpegang teguh dengan tali Allah, Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah saja tiada sekutu baginya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, tidak ada nabi setelah dia. Ya Allah, berkahilah  Muhammad dan keluarganya, para sahabat dan yang mengikuti petunjuknya

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ.
Segala puji bagi Allah, yang memerintahkan kita untuk bersatu dan berpegang teguh kepada tali agama Allah yang kokoh.. Ya Allah, limpahkan doa dan keselamatan atas  Muhammad dan keluarganya, serta para sahabatnya semua.

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ نَوَّرَ قُلُوْبَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِالْمَعْرِفَةِ فَاطْمَأَنَّتْ قُلُوْبُهُمْ بِالتَّوْحِيْدِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ إِلَى يَوْمِ الْمَوْعُوْدِ. . أَمَّا بَعْدُ

Segala puji bagi Allah yang telah menerangi hati orang-orang yang beriman dengan ma’rifah, lalu hati mereka menjadi tenang dengan tauhid. Ya Allah, semoga berkah dan keselamatan tercurah pada Muhammad dan para sahabatnya  yang beriman dan mengerjakan amal saleh, hingga  hari yang dijanjikan kelak.

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ، اَلنَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ؛
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah saja tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Ya Allah, limpahkanlah doa, keselamatan dan berkah atas Muhammad hamba-Mu dan Rasul-Mu, seorang Nabi yang ummi, juga kepada  keluarganya dan sahabat semuanya.

اَلْحَمْدُ لله  الَّذِيْ أَعَزَّنَا باِلْإِيمَانِ بِهِ، وَهَدَاناَ إِلَى عَظِيمِ شَرِيْعَتِهِ، وَأَسْعَدَنَا بِاتِّبَاعِ أَفْضَلِ رُسُلِهِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، فيِ أُلُوهِيَّتِهِ وَرُبُوْبِيَّتِهِ وَأَسْمَائِهِ وَصِفَاتِهِ، وَصَحْبِهِ أَجْمَعِين وَبَعْد،
Segala puji bagi Allah yang telah memuliakan kita dengan iman, dan memberi petunjuk pada kita menuju keagungan syariat-Nya, memberikah kebahagiaan kepada kita dengan mengikuti rasul-Nya yang termulia.  Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, sendirian tanpa sekutu bagi-Nya, baik dalam rububiyah-Nya, uluhiyah-Nya, maupun nama dan sifat-Nya, begitu pula kepada keluarganya, dan para sahabat seluruhnya.
الحمد لله الذي تَخْضَعُ لعَظَمَتِهِ السَماواتُ والأَرْضُوْنَ ، اَللَّهُمَّ صَلِّيْ عَلَي سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَاتِمِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمَرْسَلِيْنَ وَعَلَي آلِهِ الطَّيِّبِيْنَ وَأَصْحَابِهِ اْلأَخْيَارِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ.
Segala puji bagi Allah yang langit dan bumi-bumi tunduk karena keagungan-Nya, Ya Allah limpahkanlah berkah dan keselamatan atas  Nabi Muhammad, penutup para nabi dan rasul, dan juga atas keluarga belia dan para sahabat yang terbaik  dan kepada yang mengikuti mereka dalam kebenaran sampai hari kiamat.
الحمد لله المحمودِ في كل أوان، المعبودِ بحقٍّ في كل الزمان، الذي يَخْضَعُ لعَظَمَتِهِ الأملاكُ والإنسُ والجانُّ، اللهم صلي علي سيدنا محمّدِنِ المختار وعلي آله وأصحابه الأخيار، ومن تبعهم بإحسان الي يوم الدين مَا شَعَّتِ الأنوارُ ، وَمَا غَرَّدَتِ الأطْيار. أَمَّا بَعْدُ
Segala puji bagi Allah yang terpuji dalam setiap waktu,  yang berhak disembah segala zaman, yang malaikat, manusia dan jin tunduk pada keagungan-Nya. Ya Allah  limpahkanlah shalawat kepada junjungan kami Muhammad nabi yang terpilih, dan pada keluarga dan para sahabatnya yang terbaik, dan kepada siapa saja yang mengikuti mereka dalam kebenaran sampai hari kiamat , dimana tidak ada lagi sinar cahaya dan kicauan burung-burung
الحمد لله الذي أَنْعَمَ عَلَيْنَا وَهَدَانَا إِلَى دِينِ الأِ سْلاَمِ وَ جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرًا مُبَارَكًا وَرَحْمَةً لِلنَّاسِ وَاشْكُرُونِعْمَةَ اللهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُون وَ لَعَلّكُمْ تَتَّقُون. الَلّهُمّ صَلّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِْدِ المُرْسَلِينَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat kepada kita, dan menuntun kita pada agama Islam,  dan menjadikan Ramadhan sebagai bulan yang penuh barokah dan rahmah bagi manusia. Dan bersyukurlah atas nikmat Allah seandainya kepada-Nya lah engkau beribadah dan supaya engkau beruntung. Ya Allah, semoga doa, keselamatan dan keberkahan tercurah pada pemimpin para utusan, dan juga kepada keluarga dan sahabat sekalian.
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الأزْمَانِ وَالآنَاءِ، فَلا ابْتِدَاءَ لوجوده ولا انتهاءَ، يستوي بعلمه السرُّ والخفاءُ، اَللَّهُمَّ صَلِّيْ عَلَي سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَاتِمِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمَرْسَلِيْنَ وَعَلَي آلِهِ الطَّيِّبِيْنَ وَأَصْحَابِهِ اْلأَخْيَارِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ.
Segala puji bagi Allah, Tuhan segala tempat dan segala zaman, tidak ada awal dari wujud-Nya ataupun akhir keberadaan-Nya, dengan ilmu-Nya sama baginya hal yang rahasia dan tersembunyi. Ya Allah limpahkan berkah dan keselamatan pada junjungan kami, Muhammad penutup para Nabi dan rasul, dan kepada keluarga dan sahabat yang terbaik seluruhnya.

Selasa, 20 September 2011

daftar kajian nahwu dasar


Daftar Isi

nahwu 2

Bahasa Arab Dasar 2: Al-Harfu (Huruf)

اَلْحَرْفُ
Diagram Huruf
A. Huruf  Mabany (Huruf Hijaiyah)
Huruf yang digunakan untuk menyusun suatu kata
Huruf mabany terbagi menjadi 2:

1. Huruf ‘Illah
Ada 3 huruf yaitu: ا و ي
2. Huruf Shohih
Seluruh huruf hijaiyah selain ا و ي
B. Huruf Ma’any
Huruf-huruf yang mempunyai makna
Huruf ma’any terbagi menjagi beberapa macam, diantaranya:
1. Huruf Jer
Huruf yang membuat kata setelahnya secara umum berharokat akhir kasroh.
Diantara huruf-huruf jer adalah:
مِنْ , إِلىَ , عَنْ , عَلىَ , فِى , رُبَّ , بِ , كَ , لِ
2. Huruf Athof
Huruf yang digunakan untuk menghubungkan antara satu kata dengan kata yang lain.
Diantara huruf-huruf athof adalah:
وَ , ثُمَّ , أَوْ

Nahwu dasar

Bahasa Arab Dasar 1: Nahwu Shorof

diagram nahwu shorof
Nahwu adalah ilmu untuk mengetahui hukum akhir dari suatu kata.
Contoh:
جَاءَ رَجُلٌ ـ رَأَيْتُ رَجُلاً ـ مَرَرْتُ بِرَجُلٍ
Shorof adalah ilmu tentang perubahan suatu kata.

Contoh
 نَصَرَ ـ نَاصِرٌ ـ مَنْصُوْرٌ

Sabtu, 17 September 2011

MENGENAL LEBIH DEKAT SURAT AL-FATIHAH

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa surat pertama yang dicantumkan dalam mushaf al-Qur'an adalah surat al-Fatihah. Namun, pertanyaannya, mengapa Allah memerintahkan Nabi Muhammad saw untuk mencantumkan surat al-Fatihah ini sebagai surat pertama dalam mushaf al-Qur'an? Tentu belum semua orang dapat mengetahui rahasianya. Tidak ada satu pun yang Allah perintahkan kepada Nabi Muhammad saw melainkan ada hikmah dan rahasia yang dikandungnya.
Selain sebagai surat pertama, surat al-Fatihah juga merupakan jantungnya shalat. Seseorang yang sedang shalat lalu tidak membaca surat al-Fatihah, maka shalatnya, menurut para ulama tidak sah, karena Rasulullah saw pernah bersabda: "Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca surat al-Fatihah". Pertanyaannya mengapa mesti surat al-Fatihah yang dipilih oleh Allah untuk dibaca pada setiap shalat?
Semua ini ada rahasia dan makna yang terselubung. Makalah ini mencoba menuturkan hasil galian dan kajian para ulama dalam rangka menangkap rahasia dan makna di balik surat al-Fatihah ini. Di samping mengkaji rahasia dimaksud, makalah ini juga mencoba mengajak para pembaca untuk lebih mengenal surat al-Fatihah ini dengan sengaja penulis ketengahkan bahasan-bahasan seperti dimana turunnya, apa saja nama-namanya dan seterusnya. Hanya saja, penulis kurang mengelaborasi tafsir dan kandungan makna dari surat al-Fatihah ini secara lebih dalam dan lebih jauh. Semua ini, adalah karena keterbatasan makalah, juga keterbatasan waktu yang penulis miliki.
Meski demikian, dalam diskusi nanti, tentu penulis akan mengetengahkan makna kandungan dan tafsir surat ini secara lebih panjang. Sekali lagi, mohon maaf karena elaborasi tafsirnya kurang disentuh dalam makalah ini. Semoga dalam waktu dan kesempatan lainnya, tafsir dan kandungan lebih jauhnya pun dapat penulis bubuhkan dalam wujud tulisan, makalah.
Akhirnya, penulis berharap semoga tulisan ini berguna dan bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri, umumnya bagi para pembaca semua. Hanya kepadaNyalah kita berbakti dan mengabdi serta hanya kepadaNya jualah kita akan kembali. 
Kapan dan dimana surat al-Fatihah diturunkan?
Mengenai hal ini para ulama berbeda pendapat menjadi tiga kelompok.[2]
1.      Surat al-Fatihah diturunkan di Mekah. Bahkan kelompok ini mengatakan bahwa surat al-Fatihah merupakan di antara surat al-Qur'an yang paling pertama diturunkan di Mekah. Imam ats-Tsa'labi meriwayatkan sebuah riwayat yang diterimanya dari Ali bin Abi Thalib, bahwa Ali bin Abi Thalib pernah berkata: "Surat al-Fatihah diturunkan di Mekah". Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Amer bin Syurahbil pernah berkata: "Surat al-Qur'an yang pertama kali turun kepada Nabi Muhamamd adalah: 'Alhamdulillahirabbil 'Alamin' (surat al-Fatihah). Surat ini turun tatkala Rasulullah saw menemui Siti Khadijah dalam keadaan ketakutan sambil bersabda: "Saya sangat takut ada sesuatu yang telah mengganggu diri saya". Khadijah bertanya: "Apa itu?" Rasulullah saw menjawab: "Ketika saya sedang menyendiri di dalam Gua Hira, tiba-tiba saya mendengar ada suara yang berkata: 'Bacalah'". Lalu Rasulullah saw bersama Khadijah pergi menghadap Waraqah bin Naufal menanyakan kejadian yang menimpa beliau itu.
Waraqah berkata: "Apabila seruan itu datang lagi, maka tenanglah dan jangan takut". Setelah itu, ketika Rasulullah saw sedang beribadah kembali di dalam goa, beliau kembali didatangi Malaikat Jibril yang berkata: "Ucapkan wahai Muhammad, bismillahirrahmanirrahim, al-hamdulillahi rabbil 'alamin (surat al-Fatihah).
Menurut para ulama, pendapat pertama ini adalah pendapat yang paling kuat, bahwa surat al-Fatihah diturunkan di Mekah, dan karenanya disebut surat Makkiyyah (surat yang diturunkan di Mekah).[3]
2.      Pendapat kedua mengatakan bahwa surat al-Fatihah diturunkan di Madinah (surat Madaniyyah). Pendapat ini adalah pendapatnya Imam Mujahid. Mujahid berkata bahwa surat al-Fatihah diturunkan di Medinah. Namun Imam ar-Razi membantah pendapat Mujahid ini dengan mengatakan bahwa, pendapat yang mengatakan bahwa surat al-Fatihah diturunkan di Madinah adalah pendapat yang lemah. Hal ini paling tidak karena dua alasan. Pertama, Dalam surat al-Hijir ayat 87 dikatakan bahwa: "Sungguh Kami telah menurunkan kepada kamu Sab'ul Matsani", dan yang dimaksud dengan Sab'ul Matsani itu adalah surat al-Fatihah. Sementara surat al-Hijir termasuk surat yang diturunkan di Mekah (Makiyyah), oleh karena itu, surat al-Fatihah pun diturunkan di Mekah sebagaimana surat al-Hijir.
Alasan kedua, Rasulullah saw menetap di Mekah  lebih dari sepuluh tahun, ini tentunya sangat mustahil apabila selama beliau di Mekah, surat al-Fatihah belum diturunkan. Bahkan, perintah Shalat pun sudah turun ketika beliau berada di Mekah. Tidak mungkin apabila perintah Shalat sudah turun, sementara surat al-Fatihah yang merupakan rukun shalat juga belum diturunkan. Oleh karena itu, pendapat yang mengatakan bahwa surat al-Fatihah diturunkan di Madinah adalah pendapat yang lemah. Dan yang lebih tepat adalah ia diturunkan di Mekah.[4]
3.      Pendapat ketiga mengatakan bahwa surat al-Fatihah duturunkan dua kali; setengahnya diturunkan di Mekah ketika turun perintah shalat, dan setengahnya lagi diturunkan di Medinah ketika turun perintah pengalihan kiblat dari menghadap Baitul Maqdis menjadi ke arah Masjidil Haram.[5] Pendapat ketiga ini juga berargumen bahwa salah satu nama dari surat al-Fatihah ini adalah al-Matsani yang berarti dua kali. Disebut al-Matsani (dua kali), karena ia diturunkan dua kali, di Mekah dan di Madinah. Hanya saja, pendapat ini pendapat  yang lemah juga
Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya mengatakan bahwa: "Pendapat pertama yang mengatakan bahwa surat al-Fatihah diturunkan di Mekah adalah pendapat yang lebih kuat. Pertama, karena Allah sendiri dalam surat al-Hijr berfirman: 

Artinya: "Dan Sesungguhnya kami Telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al Quran yang agung" (QS. Al-Hijir ayat 87).
Dan para ulama telah sepakat bahwa surat al-Hijr ini diturunkan di Mekah, karenanya, surat al-Fatihah pun diturunkan di tempat yang sama. Kedua, perintah untuk melakukan shalat juga turun di Mekah, tentu ini semakin menguatkan bahwa surat al-Fatihah pun diturunkan di Mekah, karena Rasulullah saw bersabda dalam salah satu haditsnya: "Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca surat al-Fatihah". 
Para ulama berkata bahwa as-Sab'ul Matsani yang artinya tujuh pujian, adalah surat al-Fatihah, oleh kerena itu, surat al-Fatihah terdiri dari tujuh ayat. Ibnu Katsir dalam tafsirnya juga mengatakan bahwa tidak ada perbedaan pendapat di antara para ulama bahwa surat al-Fatihah ini ada tujuh ayat. [8]
Sementara menurut pendapat Amer bin Ubaid, surat al-Fatihah terdiri dari delapan ayat, karena ia menjadikan ayat:   إياك نعبد (iyyaka na'budu) sebagai satu ayat dan kalimat: إياك نستعين  (iyyaka nasta'in) sebagai satu ayat lainnya.
Sedangkan menurut Husain al-Ju'fi, surat al-Fatihah ini ada enam ayat saja, dengan perhitungan bahwa kalimat bismillahirrahmanirrahim tidak termasuk salah satu ayat dari surat al-Fatihah. Hanya saja, para ulama, di antaranya Imam Ibnu Katsir berpendapat bahwa kedua pendapat di atas adalah pendapat yang ganjil (syadz, lemah), karenanya tidak dapat dijadikan pegangan. Ibnu Katsir tetap dengan pendapat jumhur ulama (kebanyakan para ulama) bahwa surat al-Fatihah terdiri dari tujuh ayat.[9]

Nama-nama surat al-Fatihah
Surat al-Fatihah adalah surat al-Qur'an yang paling banyak namanya. Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya yang berjudul al-Jami' Li Ahkamil Qur'an, demikian juga dengan Imam ar-Razi dalam tafsirnya yang bernama Mafatihul Ghaib atau at-Tafsir al-Kabir, mengatakan bahwa surat al-Fatihah ini mempunyai dua belas nama.[10] Sedangkan menurut Imam as-Suyuthi dalam bukunya al-Itqan, bahwa surat al-Fatihah ini mempunyai dua puluh lima nama. Banyaknya nama ini tentu menunjukkan pentingnya surat al-Fatihah dimaksud. Berikut ini di antara nama-nama surat al-Fatihah:
1.      Fatihatul Kitab (pembuka al-Qur'an). Disebut Fatihatul Kitab karena al-Qur'an dimulai dengan surat al-Fatihah, bahkan pengajian dan pengajaran pun sebaiknya dimulai dengan surat al-Fatihah ini. Disebut Fatihatul Kitab juga lantaran bacaan yang wajib pertama kali dilafalkan ketika Shalat adalah surat al-Fatihah. Selain itu, karena kata al-hamdu yang berarti segala puji (yang merupakan kata pertama dalam surat al-Fatihah) merupakan pembuka setiap pembicaraan dan percakapan. Disebut Fatihatul Kitab juga lantaran surat al-Fatihah ini adalah surat al-Qur'an yang pertama kali diturunkan  dari langit (bukan ayat, karena ayat yang pertama kali diturunkan adalah ayat 1-5 dari surat al-'Alaq).
2.      Surat al-hamdu (Surat Pujian). Disebut demikian karena surat al-Fatihah ini diawali dengan bacaan al-hamdu lillahi rabbil 'alamin.
3.      Ummul Qur'an (ibunya al-Qur'an). Di antara alasan mengapa disebut dengan Ummul Qur'an adalah bahwa seluruh isi maksud dan kandungan al-Qur'an itu ada empat aspek; ketuhanan (ilahiyyat), mengenai hari akhir, alam gaib (al-ma'ad), tentang kenabian (nubuwwat) dan tentang ketetapan qadha dan qadar Allah swt (itsbat al-qadha wal qadar lillahi ta'ala). Keempat maksud al-Qur'an ini, semuanya tercakup oleh surat al-Fatihah.

http://mtmcairo.multiply.com/journal/item/99/MENGENAL_LEBIH_DEKAT_SURAT_AL-_FATIHAH


Selasa, 21 Juni 2011

kerukunan umat beragama

Menjalin Kerukunan, Menjamin Keyakinan

Wednesday, 4 May 2011. 11:00
“Menjalin kerukunan, menjamin keyakinan.” Itulah judul makalah yang saya sampaikan dalam acara dialog lintas agama dan Sosialisasi Peraturan-Peraturan Kerukunan Umat Beragama, yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama Wilayah DKI Jakarta, Senin, 18/4/2011, di Cipayung Bogor.
Kepada para peserta, saya menekankan, bahwa meskipun terjadi sejumlah kasus dalam soal hubungan antar-umat beragama, dan juga internal umat beragama, sebenarnya secara umum, wajah kerukunan umat beragama di Indonesia tetaplah “cantik.” Kasus-kasus yang terjadi adalah ibarat “jerawat” di wajah yang cantik, yang perlu diselesaikan dengan baik; tetapi jangan sampai jerawat-jerawat it uterus-menerus dipelototi dan diekspose, untuk menutupi “wajah cantik” secara keseluruhan. Cara pandang semacam ini jelas tidak proporsional.
Sebagaimana pernah kita ungkapkan dalam CAP sebelumnya, pengungkapan kasus-kasus konflik antar umat beragama yang berlebih-lebihan, bukannya akan menyelesaikan masalah, tetapi justru memperparah kondisi. Film “?” karya Hanung Bramantyo yang diawali dengan penusukan seorang pastor di depan Gereja Katolik, seperti menggiring penonton untuk berimajinasi, kasus itu merupakan visualisasi kasus penusukan pendeta di Ciketing, Bekasi, beberapa waktu lalu. Adegan itu tentu saja berlebihan, meskipun tidak menyebutkan dengan jelas siapa pelakunya, sebab adegan itu dimunculkan bukan dalam “ruang yang kosong”.
Logikanya, umat beragama tentu menginginkan hidup rukun dan damai. Tetapi, harus diakui, dalam kehidupan antar manusia, potensi-potensi konflik itu pasti selalu ada. Dalam kehidupan suami-istri yang seagama saja, banyak potensi terjadinya konflik. Hidup manusia tidak ada yang sepi dari konflik. Manusia bukan Malaikat. Apalagi dalam hubungan antar-agama, dimana masing-masing memiliki keyakinan yang berbeda.
Konflik yang lebih keras juga sering terjadi dalam kehidupan internal umat beragama. Di kalangan umat Islam, ada kelompok yang mengkafirkan orang lain yang berada di luar kelompoknya. Dalam beberapa hari terakhir, ada beberapa orang yang bertanya kepada saya tentang kelompok NII (Negara Islam Indonesia). Seorang Ibu bercerita, seorang temannya mengajaknya untuk “bersyahadat ulang”, karena syahadat yang sudah dilafalkannya sehari-hari, dianggap belum sah. Si Ibu masih diharuskan melafalkan syahadat di depan seorang imam.
Ajaran seperti ini mengingatkan saya pada suatu kisah di tahun 1980-an, saat masih kuliah di IPB. Suatu ketika, teman serumah, membawa seorang Ustad ke rumah kos. Sang Ustad menjelaskan, bahwa selama ini syahadat saya tidak sah, karena belum disaksikan. Dia membacakan sejumlah ayat al-Quran tentang persaksian, seperti “Isyhaduu bi-anna muslimuun.”
Saya tanya, ayat mana yang menunjukkan bahwa “syahadat ulang di depan imam itu hukumnya wajib?” Sedangkan beberapa ayat al-Quran yang secara tegas berbentuk perintah (fi’il amar) dari Allah, jatuhnya justru mubah; bukan wajib. Misalnya, ayat “faidzaa qudhiyatish-shalaatu fan-tashiruu fil-ardhi”; (“jika setelah ditunaikan shalat Jumat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi”).
Saya katakan pada Sang Ustad, jika perintah yang jelas saja, bisa jatuh mubah hukumnya, bagaimana dengan status hukum suatu tindakan yang tidak jelas-jelas diperintahkan dalam al-Quran dan Sunnah, seperti hukum melafalkan “syahadat ulang”? Tampaknya Sang Ustad belum belajar atau tidak mau menggunakan Ilmu Ushul Fiqih dalam menentukan status hukum suatu perbuatan. Metode istinbath Sang Ustad adalah buatan kelompoknya sendiri.
Ujungnya, diskusi itu berakhir tanpa hasil. Sang Ustad pergi berlalu. Sejak itulah, saya semakin yakin, pentingnya kalangan mahasiswa Islam memahami berbagai macam Ulumuddin (Bahasa Arab, Ilmu Tafsir, Ilmu Ushul Fiqih, dan sebagainya), agar tidak mudah menafsir-nafsirkan al-Quran secara sembarangan.
Konflik-konflik internal umat beragama juga terjadi di dalam Kristen, Hindu, Budha, dan sebagainya. Perbedaan dan konflik adalah bagian dari hidup manusia. Karena itu, untuk mewujudkan kerukunan, bukan berarti harus menghilangkan perbedaan. Termasuk dalam soal klaim kebenaran. Kerukunan justru menjadi indah, tatkala terwujud di tengah-tengah berbagai perbedaan.
Kerukunan umat beragama, baik intern atau antar umat beragama, adalah kondisi ideal yang diinginkan setiap umat beragama. Satu hal yang penting dicatat dalam soal pembangunan kerukunan umat beragama adalah, bahwa upaya mewujudkan kerukunan umat beragama, tidak boleh dilakukan dengan cara mengorbankan keyakinan masing-masing agama. Sebab, agama-agama itu ada berdiri di atas keyakinannya masing-masing. Dalam istilah sekarang: masing-masing agama memiliki truth claim (klaim kebenaran) masing-masing.
Islam memiliki ajaran-ajaran pokok yang berpijak atas dasar syahadat: “Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.” Islam mengakui Allah, sebagai satu-satunya Tuhan. Dan Muhammad adalah utusan Allah. Dalam Islam, Nabi Muhammad adalah Nabi terakhir. Beliau (saw) mendapatkan wahyu yang kemudian terhimpun dalam al-Quran.
“Islam adalah bahwasanya engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan bahwa sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, engkau menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan shaum Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji ke Baitullah — jika engkau berkemampuan melaksanakannya.” (HR Muslim).
Sesungguhnya agama yang diridhai oleh Allah adalah Islam.” (QS 3:19). “Barangsiapa yang mencari agama selain Islam, maka tidak akan akan diterima dan di akhirat nanti akan termasuk orang-orang yang merugi.” (QS 3:85).
Inilah keyakinan Islam. Keyakinan yang khas semacam ini juga ada pada agama lain. Kaum Kristen juga memiliki apa yang mereka juga sebut sebagai “syahadat” (Nicene Creed), yang dirumuskan tahun 325 M: “Kami percaya pada satu Allah, Bapa Yang Mahakuasa, Pencipta segala yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Dan pada satu Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah, Putra Tunggal yang dikandung dari Allah, yang berasal dari hakikat Bapa, Allah dari Allah, terang dari terang, Allah benar dari Allah Benar, dilahirkan tetapi tidak diciptakan, sehakikat dengan Bapa…” (Norman P. Tanner, Konsili-konsili Gereja).
Kaum Kristen yakin bahwa Yesus mati di tiang salib. Yesus adalah salah satu dari “Tiga Oknum” dalam Trinitas. Ini sangat berbeda dengan konsep Islam yang menyatakan bahwa Isa a.s. adalah utusan Allah. Al-Quran menjelaskan: “Dan ingatlah ketika Isa Ibn Maryam berkata, wahai Bani Israil sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian, yang membenarkan apa yang ada padaku, yaitu Taurat, dan menyampaikan kabar gembira akan datangnya seorang Rasul yang bernama Ahmad (Muhammad).” (QS 61:6).
Paus Yohanes Paulus II menyatakan: ” Islam bukanlah agama penyelamatan (Islam is not a religion of redemption). Dalam Islam, kata Paus, tidak ada ruang untuk salib dan kebangkitan Yesus. Yesus memang disebut, tetapi hanya sebagai nabi yang mempersiapkan kedatangan Nabi terakhir. Karena itulah, simpul Paus, bukan hanya dalam teologi, tetapi dalam antropologi, Islam sangat berbeda dengan Kristen. (not only the theology but also the anthropology of Islam is very distant from Christianity). Dan tentang al-Quran, Paus menyebutkan, bahwa siapa pun yang membaca Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, dan kemudian membaca al-Quran, maka akan menemukan bahwa Kitab ini (al-Quran) mereduksi kedua Kitab itu.” (Crossing The Threshold of Hope” (New York: Alfred A. Knopf, 1994).
Tahun 2006, Penerbit Media Hindu, menerbitkan buku berjudul Hindu Agama Terbesar di Dunia, yang membuat pernyataan tegas tentang keunggulan agama Hindu (hal.xi-xii):“Agama Hindu melayani keperluan setiap orang. Ialah satu-satunya yang memiliki keluasan dan kedalaman seperti itu. Agama Hindu mengandung Dewa-dewa, Pura-Pura yang suci, pengetahuan esoteric dari inti kesadaran, yoga dan disiplin meditasi. Ia memiliki kasih yang tulus dan toleransi dan apresiasi yang murni terhadap agama-agama lain. Ia tidak dogmatik dan terbuka untuk diuji….Dan ingat Hindu bukanlah agama missi yang agresif seperti Kristen atau Islam…”
Jadi, klaim-klaim yang khas pada tiap-tiap agama adalah sesuatu yang wajar, sehingga tidak mungkin dihilangkan. Upaya untuk menghapus truth claim pada tiap agama, untuk membangun satu teologi bersama yang membenarkan semua teologi agama, dikenal sebagai konsep “Teologi Abu-abu” (Pluralisme Agama). Dr. Stevri Lumintang, seorang pendeta Kristen di Malang, dalam bukunya, Theologia Abu-Abu: Tantangan dan Ancaman Racun Pluralisme dalam Teologi Kristen Masa Kini, (Malang: Gandum Mas, 2004), menulis, bahwa Teologi Abu-Abu adalah posisi teologi kaum pluralis ; bahwa teologi ini sedang meracuni, baik agama Kristen, maupun semua agama, dengan cara mencabut dan membuang semua unsur-unsur absolut yang diklaim oleh masing-masing agama.
Ditegaskan dalam buku ini: ‘’Inti Teologi Abu-Abu (Pluralisme) merupakan penyangkalan terhadap intisari atau jatidiri semua agama yang ada. Karena, perjuangan mereka membangun Teologi Abu-Abu atau teologi agama-agama, harus dimulai dari usaha untuk menghancurkan batu sandungan yang menghalangi perwujudan teologi mereka. Batu sandungan utama yang harus mereka hancurkan atau paling tidak yang harus digulingkan ialah klaim kabsolutan dan kefinalitas(an) kebenaran yang ada di masing-masing agama.’’
Demikianlah, kerukunan umat beragama, tidak mungkin dibangun di atas konsep menghapus klaim kebenaran pada tiap-tiap agama. Biarlah keyakinan masing-masing tetap terjamin, sementara kerukunan harus terjalin. Justru itulah hakekat “Bhinneka Tunggal Ika”, berbeda-beda keyakinan tetapi tetap merrupakan satu bangsa. Menghormati keyakinan masing-masing bukan berarti mencampuradukkan atau merusak keyakinan agama-agama.
Justru, kerukunan akan terasa lebih indah dan bermakna, saat kerukunan itu terwujud di atas perbedaan klaim-klaim kebenaran. Klaim terhadap kebenaran pada masing-masing agama perlu dihormati, dan tidak bisa dipaksa untuk dihapuskan. Islam melarang umatnya untuk memaksa orang lain memeluk Islam, sebab telah jelas, mana yang haq dan mana yang bahil.

Kristenisasi dan Islamisasi
Tidak dapat dipungkiri, ada dua isu sentral yang menjadi “wacana panas” dalam soal kerukunan umat beragama di Indonesia, khususnya antara umat Islam dan kaum Kristen. Masalah ini sebaiknya dibicarakan secara fair dan terbuka agar tercapai satu kesepakatan bersama. Tentu sangatlah tidak mudah memecahkan masalah ini. Pada tahun 1969,  acara Musyawarah antar Umat Beragama, juga gagal menyepakati satu Piagam Kerukunan tentang masalah penyebaran agama.
Bagi kaum Kristen, misi Kristen dipandang sebagai satu kewajiban asasi. Tokoh Protestan,   Dr. AA Yewangoe, menegaskan: “Agama tanpa misi bukanlah agama… Tanpa misi, gereja bukan lagi gereja.” (Suara Pembaruan, 26/12/2005).  Dalam buku “Panggilan Kita di Indonesia Dewasa Ini” (1964), tokoh Kristen Indonesia, Dr. W.B. Sidjabat,  menulis bab khusus tentang tantangan Islam bagi misi Kristen di Indonesia: “Pekabaran Indjil di Indonesia, kalau demikian, masih akan terus menghadapi “challenge” Islam dinegara gugusan ini… W.B. Sidjabat, Panggilan Kita di Indonesia Dewasa Ini, (Badan Penerbit Kristen, 1964), hal. 133-135.
Dalam ‘Dokumen Keesaan Gereja-Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (DKG-PGI) yang  diputuskan dalam Sidang Raya XIV PGI di Wisma Kinasih, 29 November-5 Desember 2004, pada bagian ‘’Bab IV : Bersaksi dan Memberitakan Injil Kepada Segala Makhluk’’, menegaskan: “Gereja Harus Memberitakan Injil Kepada Segala Makhluk”. Disebutkan dalam bagian ini : ‘’Gereja-gereja di Indonesia menegaskan bahwa Injil adalah Berita Kesukaan yang utuh dan menyeluruh, untuk segala makhluk, manusia dan alam lingkungan hidupnya serta keutuhannya : bahwa Injil yang seutuhnya diberitakan kepada manusia yang seutuhnya… ‘’
Misi Katolik. Tahun 1990, induk Gereja Katolik di Indonesia, yaitu KWI (Konferensi Waligereja Indonesia) menerjemahkan dan menerbitkan naskah imbauan apostolik Paus Paulus VI tentang Karya Pewartaan Injil dalam Jaman Modern (Evangelii Nuntiandi), yang disampaikan pada 8 Desember 1975.  Di dalam dokumen ini disebutkan:
“Pewartaan pertama juga ditujukan kepada bagian besar umat manusia yang memeluk agama-agama bukan Kristen….Agama-agama bukan kristen semuanya penuh dengan “benih-benih Sabda” yang tak terbilang jumlahnya dan dapat merupakan suatu “persiapan bagi Injil” yang benar… Kami mau menunjukkan, lebih-lebih pada zaman sekarang ini, bahwa baik penghormatan maupun penghargaan terhadap agama-agama tadi, demikian pula kompleksnya masalah-masalah yang muncul, bukan sebagai suatu alasan bagi Gereja untuk tidak mewartakan Yesus Kristus kepada orang-orang bukan Kristen. Sebaliknya Gereja berpendapat bahwa orang-orang  tadi berhak mengetahui kekayaan misteri Kristus.”
Dalam pidatonya pada 7 Desember 1990, yang diberi judul  Redemptoris Missio (Tugas Perutusan Sang Penebus), yang juga diterbitkan KWI tahun 2003, Paus Yohanes Paulus II mengatakan:
“Tugas perutusan Kristus Sang Penebus, yang dipercayakan kepada Gereja, masih sangat jauh dari penyelesaian. Tatkala Masa Seribu Tahun Kedua sesudah kedatangan Kristus hampir berakhir, satu pandangan menyeluruh atas umat manusia memperlihatkan bahwa tugas perutusan ini masih saja di tahap awal, dan bahwa kita harus melibatkan diri kita sendiri dengan sepenuh hati…Kegiatan misioner yang secara khusus ditujukan “kepada para bangsa” (ad gentes) tampak sedang menyurut, dan kecenderungan ini tentu saja tidak sejalan dengan petunjuk-petunjuk Konsili dan dengan pernyataan-pernyataan Magisterium sesudahnya. Kesulitan-kesulitan baik yang datang dari dalam maupun yang datang dari luar, telah memperlemah daya dorong karya misioner Gereja kepada orang-orang non-Kristen, suatu kenyataan yang mestinya membangkitkan kepedulian di antara semua orang yang percaya kepada Kristus. Sebab dalam sejarah Gereja, gerakan misioner selalu sudah merupakan tanda kehidupan, persis sebagaimana juga kemerosotannya merupakan tanda krisis iman.”
Jadi, bagi kaum Kristen, menjalankan misi Kristen adalah satu kewajiban asasi yang menurut mereka wajib ditunaikan. Hal yang senada juga ada pada ajaran dakwah dalam Islam. Umat Islam wajib berdakwah, menyeru muslim dan non-Muslim untuk berpegang kepada kebenaran. (QS 3:104). Nabi Muhammad saw juga sangat aktif dalam berdakwah kepada non-Muslim, mengajak mereka untuk kembali kepada Tauhid, yakni hanya menyembah Allah semata dan tidak menyekutukan Allah dengan yang lain (QS 3:64).
Nabi Muhammad saw pernah berkirim surat kepada  Heraclius (Kaisar Romawi), yang isinya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad Rasul Allah untuk Heraclius Kaisar Romawi yang agung. Keselamatan bagi siapa yang mengikuti petunjuk. Selain itu, sesungguhnya aku mengajak Tuan untuk masuk  Islam. Masuklah Tuan ke dalam Islam,  maka Tuan  akan selamat dan hendaklah Tuan memeluk Islam,  maka Allah memberikan pahala bagi Tuan dua kali dan jika Tuan berpaling,  maka Tuan akan menanggung dosa orang orang Romawi.”
Jadi,bisa dikatakan, adalah bisa dimengerti jika orang Kristen berusaha melakukan Kristenisasi dan orang Muslim melakukan Islamisasi. Dalam konteks seperti inilah, untuk mewujudkan kerukunan antar umat beragama di Indonesia, maka diperlukan sikap saling memahami dan adanya kesepakatan akan satu tata aturan main atau kode-etik dalam penyebaran agama, agar tidak terjadi benturan yang merusak kerukunan umat beragama. Kesepakatan dan kesepahaman ini membutuhkan dialog yang terus-menerus, sebab masalah penyiaran agama ini merupakan hal yang sensitif.
Kristenisasi, misalnya, bukan hanya sangat sensitif bagi orang Muslim, tetapi juga bagi umat agama lain. Tokoh Hindu India, Mahatma Gandhi, juga dikenal sangat kritis terhadap gerakan misi Kristen di India. Pada bulan April 1931, dia pernah melontarkan komentar soal misi asing di India:  “If instead of confining themselves purely to humanitarian work and material service to the poor they limit their activities, as at present, to proselytising  by means of medical aid, education, etc. then I would certainly ask them to withdraw. Every nation’s religion is as good as any other’s. Certainly India’s religions are adequate for her people. We need no converting spirituality.” (John C.B. Webster, ‘Gandhi and the Christians: Dialogue in the Nationalist Era’, in Harold Coward (ed.), Hindu-Christian Dialogue: Perspectives and Encounters, (New York: Orbis Book, 1989), hal. 80-88).
Jadi, Kerukunan umat beragama memang membutuhkan usaha yang serius. Perbedaan antar agama tidak mungkin dihapuskan, sebab agama-agama itu ada memang karena adanya klaim atas kebenaran masing-masing. Kerukunan umat beragama bisa tetap terjalin, dengan tanpa mengorbankan keyakinan masing-masing. Justru, itulah indahnya sebuah kerukunan. Berbeda-beda tetapi tetapi rukun jua